“Wong urip kih ora ono sing gratis mas!” katanya waktu itu.
Dan semua memang harus dibeli. Begitupun dalam ikhwal hidup. Tenaga, fikiran, rasa, kesadaran dan segala kemampuan yang dibekali dalam setiap diri manusia adalah mata uangnya. Mata uang yang berwujud kemampuan untuk mengetahui yang benar, Mata uang yang berwujud kemampuan untuk berbuat yang seharusnya. Mata uang untuk bisa membayar semua yang telah diberikan.
Dan semua konteks memiliki singkronisasi tersendiri.
Akankah seorang Aborigin akan membeli roti dipertokoan meksiko dengan menggunakan mata uang rupiah? Ataukah wajar apabila segolongan arsitek membicarakan peradangan usus buntu dalam pembahasan suatu proyeknya?.
Dan pertentangan – pertentangan seperti itu hanyalah pemborosan tenaga dan waktu yang membuat tujuan semula kita menjadi mubadzir. Nikmati saja kalau semua orang akan menertawakan dan menghina kita. Karena esensi dari tertawaan dan hinaan itu sendiri merupakan cerminan dari konstruks kasih sayang pada kita yang sedang salah dan sedang bermasalah.
Adhe
insprated by the real experience
@2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar